Lumba-lumba ternyata
menggunakan setengah otaknya untuk beristirahat. Sementara sebagian yang
lain dipakai untuk tetap mewaspadai lingkungan mereka akan bahaya yang
mengancam.
Para peneliti percaya lumba-lumba berevolusi dengan kemampuan tidur seperti itu. Sebab jika tanpa tidur yang terjaga, mereka akan sulit terus bernapas di laut.
Para peneliti percaya lumba-lumba berevolusi dengan kemampuan tidur seperti itu. Sebab jika tanpa tidur yang terjaga, mereka akan sulit terus bernapas di laut.
Penelitian yang dilakukan oleh National Marine Mammal Foundation menguji lumba-lumba jantan dan betina di lepas pantai San Diego. Mamalia ini diminta untuk menggunakan suaranya sebagai sistem navigasi. Kemampuan ini disebut ekolokasi yang berfungsi seperti sistem sonar kapal selam untuk mencari target yang disebar secara acak.
Lumba-lumba itu diajari untuk menemukan dayung yang dipasang di ujung kandang berpagar tiap waktu ketika mereka berpikir menemukan target. Ketika mereka menemukannya dengan benar, mereka menerima suara umpan balik dan memberinya ikan untuk dimakan.
Dua lumba-lumba itu melakukan tugasnya dengan baik. Si betina bahkan menyelesaikan tugas dengan 90 persen benar, sementara si jantan hanya 75 persen saja. Yang menakjubkan, eksperimen yang diulang lima hari berturut menampakkan performa yang tetap bagus.
Faktanya bahkan lumba-lumba betina yang diuji selama 15 hari berturut tak memperlihatkan cacat performa. Ini berarti bahwa selama 15 hari berturut itu, si lumba-lumba masih mampu mengingat instruksi dengan baik.
Hasil menunjukkan bahwa bernapas bukan satu-satunya alasan evolusi lumba-lumba untuk mengistirahatkan salah satu bagian otak. Kewaspadaan yang berlanjut akan memungkinkan lumba-lumba untuk mendeteksi dan bahkan melarikan diri ketika predator mendekatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar